Kaum muslimin pada umumnya adalah kaum yang terbelakang. Khususnya pada pendidikan. Kaum muslimin di berbagi belahan penjuru dunia selalu saja berada tingkat golongan kaum yang terpinggirkan dalam pendidikan dan status sosial menengah ke bawah. Hal ini tentu saja menjadi sesuatu hal yang sangat ironis. Bayangkan saja, langit yang belum sempat diperbincangkan oleh teknologi barat, telah dibincangkan oleh Al-Qur`an dan Ia pun menyuruh kita untuk meneliti dan menguasainya (Q.S.
ar-Rahman: 33). Begitu juga pahala dan syurga yang menunggu, di samping keberhasilan hidup duniawi dan janji bantuan dari Allah, merupakan penunjang yang ampuh untuk memacu kreativitas kaum muslimin. Tapi mengapa sebagian besar kaum muslimin masih tetap terbelakang dan tidak kreatif?
Rasanya cukup berat bagi kami untuk menjawab pertanyaan di atas. Tetapi demi keadaan kaum muslimin yang lebih baik dan demi kata-kata Nabi saw “katakanlah yang benar walau hal itu pahit”, maka kami akan mencoba memberikan jawaban pertanyaan tersebut.
Sebagian kaum muslimin, sengaja atau , sadar atau tidak, telah melakukan hal-hal yang tidak semestinya ter hadap al-Qur`an. Mereka kurang tepat dalam menatap dan memfungsikan beberapa ayatnya. Sehingga kaum muslimin terpincang lemah dalam kancah persaingan ilmu pengatahuan. Sehingga sebagian orang kafir mengenal kaum muslimin tak lebih dari sekedar orang-orang yang terbelakang dan suka menyontek ilmu-ilmu usang mereka. Katakanlah bahwa kaum muslimin tidak lebih dari sekedar penggemar catatan kuno mereka. Ini kata mereka. Katakanlah hal itu pahit. Tapi di sini kita akan memberikan alternatif jalan keluarnya setelah kita raba sebabnya.
Keyakinan ialah penentu utama suatu keberhasilan. Apapun keberhasilan itu. Apakah keberhasilan itu dalam kebaikan ataupun keyakinan dalam usaha-usaha keburukan. Tidak jarang orang sukses yang kita jumpai dari kalangan orang-orang yang tergolong biasa-biasa saja dalam beragama atau bahkan orang yang tak bertuhan sekalipun. Yang mana mereka sukses dalam usaha-usaha mereka. Padahal usaha-usaha mereka memerlukan banyak sekali pengorbanan. Masa muda, mereka habiskan di laboratorium-laboratorium, atau di gunung-gunung dan di laut sekedar untuk meneliti satu serangga kecil atau jenis ikan. Mereka hanyut dan tenggelam dalam penyelidikan. Dan kadangkala, mereka hanyut ditelan sungai yang deras dan tenggelam di dalam ombak yang ganas. Panas terik dan hujan tak menjadi penghalang.
Mengapa mereka tidak gentar sekalipun berhadapan dengan resiko yang besar? Mengapa mereka tak surut, sekalipun berhadapan dengan maut? Bahkan, mengapa mereka begitu asyik dan berbahagia, sekalipun terkadang harus memisahkan diri dari keramaian manusia? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu, hanya satu. Yaitu karena mereka berjuang membela keyakinan mereka. Mereka memperjuangkan keinginan mereka yang begitu dalam sehingga membentuk semacam keyakinan. Misalnya, mereka yakin bahwa penemuannya yang terbaru dan membuat namanya harum dan terkenal; atau mereka yakin dan ingin membuktikan bahwa ia bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang-orang pada umumnya; atau mereka yakin bahwa ia dapat mengubah nasib bangsanya; atau mereka yakin bahwa mereka menemukan suatu obat dari suatu penyakit yang belum ditemukan obatnya; dan lain-lain. Dan yang perlu ditambahkan di sini ialah bahwa salah satu penunjang dari sebagian besar keyakinan mereka yang menyangkut ilmu pengetahuan adalah kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri secara mendalam
Kalau kita melihat keadaan kaum muslimin maka keadaannya sangat mengenaskan. Hal tersebut dikarenakan adanya dua sebab pokok yaitu:
Pertama. Tidak adanya suatu keyakinan yang mendalam terhadap kemampuannya dan terhadap penunjang untuk itu, sementara agama islam merupakan gudang bagi keduanya, merupakan kejadian yang tidak bersebab. Al-Qur`an telah memberi tahu kita tentang bumi yang berputar melalui ayat yang berbunyi “gunung yang berlari kencang” mengenai perbintangan, navigasi, sampai proses jual beli, dan lain-lain, yang belum dipelajari oleh orang barat sebelumnya
Kedua, tidak adanya penyaluran penemuannya karena tidak adanya dukungan yang positif untuk itu.
Sungguh disayangkan, agama islam yang begitu gigih memperjuangkan keberhasilan umatnya, dalam pada itu pula banyak kaum muslimin yang tidak mau bersusah payah. Maunya menyontek saja. Allah dengan ayat-ayat-Nya tadi sesungguhnya ingin memacu kreatifitas umat muslim. Bahkan Ia tidak hanya menjajikan pertolongan. Lebih dari itu ia menjajikan pahala besar. Sehingga dikatakan dalam suatu firman yang artinya “....barang siapa berbuat kebaikan, maka ia akan melihatnya, walaupun sebesar atom. Begitu pula yang berbuat kejahatan”(Q.S. az-Zalzalah:7-8), atau dalam ayat lain yang mengatakan bahwa “...barangsiapa berbuat kebaikan maka ia akan diganjar dengan sepuluh kali lipat dan barangsiapa berbuat suatu kejelekan, maka ia akan dibalas seperti kejelekannya itu saja” (Q.S. al-An`am: 160).
Ada satu faktor lagi yang membuat sebagian kaum muslimin terbelakang. Yang membuat mereka malas tuk berpacu, yaitu kebanggaan yang kurang tepat terhadap al-Qur-an, biasanya orang-orang itu bisanya ke barat dan ke timur, mengatakan bahwa al-Qur`an paling top dan segalanya ada di situ. Orang-orang tertinggal itu hanya bisa membanggakan. Sehingga dengan demikian, karena al-Qur`an sudah lengkap, pikir mereka, maka tidak merasa malu dengan ketinggalannya itu. Ibnu sina, tokoh kedokteran pertama yang paling hebat. Al-Jabar ialah suatu ilmu yang pertama kali dirumuskan oleh orang islam. Mereka bangga akan hal itu. Tetapi mereka tidak tahu apa yang mereka banggakan dari rasa bangga itu.
Padahal
agama islam bukanbertujuan hanya sekedar untuk dibanggakan. Hal itu dapat terlihat jelas pada ayat- ayat-Nya. Kewajiban untuk beramal shaleh yang membuahkan ridha Allah, termasuk segala amal baik, seperti tolong menolong, belajar, terjun dalam penelitian ilmiah serta percobaan-percobaan laboratorium dan sebagainya.
Kumpulan Artikel Islami
Published:
2012-07-31T07:59:00-07:00
Title:Alasan Mengapa Kaum Muslimin Pada Umumnya Adalah Kaum Yang Terbelakang
Rating:
5 On
22 reviews