Alkisah suatu hari di Madinah. Mentari bersinar ramah. Senyum setiap orang merekah. Tatkala mereka melihat kekasih Allah Rasulullah Saw. Kharisma dan wibawa dari Muhammad Saw telah tersebar di seantero Jazirah Arab. Keramahan dam kebaikan Rasulullah menerima, tamu membuat para pengelana selalu menyempatkan diri untuk mampir di Madinah dan membuktikan kabar tersebut sekaligus melepaskan dahaga penasaran kepada kekasih Allah yang dimaksud.
Suatu ketika di Madinah, datang serombangan orang orang Turki dan hendak menjadi tamu Rasulullah Saw. Mereka datang ke masjid tepat bakda maghrib. Salah seorang di antara mereka berkata:
“Kami datang di sini sebagai tamu, mengharapkan keramahan yang punya rumah. Duhai baginda yang menjadi penghibur semua penduduk dunia ini. Kami ini orang yang kelaparan. Datang dari tempat yang jauh. Sebakan sebagian berkamu dan sinarilah kami.”
Lalu Nabi berkata kepada para sahabatnya,
“Para sahabatku, bagilah tamu-tamu ini di antara kalian,”
Setiap sahabat kemudian memilih seorang sebagai tamunya. Di antara mereka ada seorang kafir yang tubuhnya sangat besar, sehingga tidak ada seorang pun yang mau menjadikannya sebagai tamu. Tersisalah ia sendiri dalam masjid bagaia ampas kopi yang tidak dihiraukan. Ketika ia ditinggal oleh semua orang, Rasulullah menghampirinya dan menjadikannya tamu di rumahnya. Ia bawah raksasa kafir Turki itu ke rumahnya. Ia sediakan makanan dan susu yang diperah oleh tangannya sendiri yang suci. Di antara ternak Rasulullah, terdapat tujuh kambing yang tak henti henti memberikan susu setiap kali ia diperah.
Raksasa besar putra Gusy dari Turki itu melahap sajian dengan lahap. Saking besarnya orang itu, ia menghabiskan semua makanan dan meminum susu yang dihidangkan. Perutnya yang kosong kini diisi jatah makanan untuk 18 orang, sementara penghuni rumah yang lain tidur kelaparan. Ketika kafir Turki itu dipersilahkan ke sebuah kamar, ia masuk ke kamar tersebut dan tidur dengan pulasnya. Karena kesal, lupa atau sengaja, seorang pelayan mengunci kamar itu dari luar.
Menjelang subuh, orang kafir tersebut di desak kebutuhan alaminya. Perutnya sakit. Ia harus segera ke kamar mandi. Ia beranjak dari tempat tidurnya. Ia temukan pintu kamarnya terkunci. Berbagai usaha ia lakukan, namun tetap saja pintu kamar itu tidak terbuka. Dalam penderitaan yang sangat ia jatuh berguling guling. Tanpa terasa ia kembali tertidur. Tanpa terasa pula, ia mengotori rumah Rasulullah saw.
Ketika terbangun ia menangis,
“Celakalah aku...”
Ia menangis seperti orang orang kafir yang disiksa di dalam kuburan. Ia menunggu sampai malam berakhir. Dan akhirnya pintu terbuka, seketika pula ia meluncur berlari meninggalkan rumah tanpa menoleh sedikit pun. Ia terlalu malu untuk memperlihatkan wajahnya kepada Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya. Ia telah diterima di rumah kekasih Allah yang sangat baik menjamunya walaupun ia tahu bahwa dirinya seorang kafir.
Rasulullah sebenarnya sudah tahu apa yang terjadi sebenarnya. Untuk itu ia sengaja membukakan pintu selebar lebarnya dan berusaha untuk tidak berada di depan pintu. Membiarkan kafir Turki putra Gusy ini berlari sekencang-kencangnya. Mungkin Rasulullah melihat apa yang terjadi pada raksasa kafir ini sejak malamnya, namun ia sengaja tidak membukakan pintu lantaran perintah Allah yang selalu mengandung hikmah di dalamnya.
Di balik perintah Tuhan itulah, Rasulullah menunjukan keramahannya kepada seluru umatnya. Banyak sekali kejadian yang terlihat menghancurkan padahal bermaksud menghidupkan. Itulah ujian dari Allah swt. Ia memiliki maksud pada setiap perintahnya.
Ke esokan harinya, gemparlah seisi rumah. Seorang kafir dari Turki telah mengotori rumah Rasulullah saw. Betapa penghinaan yang tidak dapat diampuni oleh para sahabat Nabi. Seorang sahabat datang kepadanya dan berkata:
“Ya Nabi, lihat! Tamumu sudah melakukan sesuatu yang sangat buruk.”
Nabi hanya tersenyum dan berkata:
“Ambilkan ember air ke sini. Biarkan aku sendiri yang membersihkannya dengan tanganku..”
“Ya Nabi apa yang handak engkau lakukan? Puluhan sahabat bersedia untuk membantumu, mengapa engkau membersihkan kotoran ini dengan tanganmu sendiri?” kata seorang sahabat Nabi.
“Demi Tuhan! Bukankah seluruh jiwa dan tubuh kami menjadi tebusan bagimu. Biarkan kami yang membersihkan kotoran ini. Wahai zat yang Tuhan bersumpah dengan kehidupannya, yang telah menjadikannya khalifah dan meletakkannya di atas singgasana. Kami ini hidup untuk berbakti kepadamu. Kalau Anda sendiri yang melakukan seluruh perkhidmatan itu.... lalu, apa jadinya kami semua ini...?”
Nabi kemudian berkata,
“Aku tahu ini peristiwa luar biasa. Dan aku punya alasan untuk mencucinya dengan tanganku sendiri.”
Di tempat yang jauh di Sahara. Orang kafir putra Gusy tersebut yang berlari dari rumah Rasulullah sejenak beristirahat di bawah naungan pohon kurma. Tiba-tiba ia teringat dengan azimat berharganya yang tertinggal di rumah Rasulullah. Kegelisahan berkecamuk di dadahnya. Mestikah ia mengambil kembali azimat berharganya dan sementara rasa malu masih mengahantui perasaannya? Tetapi tak lama rasa malu itu pudar dikalahkan oleh keinginan untuk mengambil kembali azimat berharganya.
Segera ia berlari kembali ke rumah Rasulullah saw. Sudah bulat dalam tekatnya hanya mengambil azimat itu lalu pergi tanpa menoleh kepada siapa pun. Namun, sesampainya di sana. Tiba tiba wajahnya berubah... ia melihat tangan Tuhan dengan penuh ceria membersihkan kotoran yang ia tinggalkan. Seketika keinginannya untuk mengambil azimatnya hilang dari benaknya. Ia merobek robek bajunya. Ia memukul wajahnya. Ia benturkan kepalanya ke dinding. Dalam keadaan seperti itu darah mengalir dari hidung dan kepalanya....
Sang pangeran Muhammad jatuh iba. Ia melihat putra dari Gusy menangis sekeras kerasnya seraya berteriak...
“Hai manusia dengalah!!!”
Ia pukul kepalanya seraya berkata..
“Ah... kepala yang tidak memiliki pemahaman...”
Ia pukul dadanya seraya berkata
“Ah.. dada yang tidak pernah mendapatkan cahaya...”
Ia hempaskan dirinya dan berkata
“Duhai pangeran yang memiliki seluruh bumi ini, bagian yang hina ini tak sanggup menahan rasa malu di hadapanmu. Engkau ya Sayyidi, yang karenamu diciptakan seluruh alam semesta ini, yang seluruh alam pasrah dan tunduk di hadapanmu. Aku ini hanya bagian kecil. Seorang yang hina dina dan tidak mendapat petunjuk. Engkaulah sang keseluruhan. Sekarang dengan penuh kerendahan hati, bergetar di hadapan Tuhan. Sedangkan aku Cuma noktah kecil yang setiap hari menentang dan melawan Tuhan.”
Di hadapan Rasulullah, kafir Turki itu menjatuhkan dirinya. Rasulullah menepuk tangannya, menenangkan dia, membujuknya, membuka matanya dan memberikan kepadanya pengetahuan. Dan dengan karunia Tuhan dan kasih sayang Rasulullah, Kafir Turki putra Gusy ini memeluk islam berkat melihat ahklak Rasulullah.
Semoga bermanfaat...
Kumpulan Artikel Islami
Published:
2013-02-04T01:23:00-08:00
Title:Seorang Kafir Turki dan Rasulullah Saw
Rating:
5 On
22 reviews